Sabtu, 29 Juni 2013

Perjalanan Hidup di Dunia Maya

Gue senang menceritakan keresahan-keresahan yang gue rasakan di blog ini. Dan kali ini gue gue ingin menceritakan keresahan yang pernah gue rasakan di sepanjang perjalanan hidup gue di dunia maya.
Social media adalah sesuatu yang sangat identik dengan dunia maya. Sekarang ini, hampir setiap umat manusia punya minimal satu akun social media. Mulai dari anak-anak, ibu-ibu, kakek-kakek, nenek-nekek, bahkan di twitter, makhluk ghaib semacam pocong pun bisa menjadi idola para remaja-remaja lucu nan menggemaskan. Gue sendiri, akun social media pertama yang gue punya adalah friendster. Jujur gue udah mulai lupa fitur-fitur apa aja yang ada di friendster. Udah lama banget. Yang gue inget dari friendster cuma perihal kirim-kiriman testimoni. Selebihnya gue lupa.

Dulu waktu masih pake friendster gue sangatlah alay. Foto profil friendster gue pun setelah gue inget-inget, ternyata sangat menjijikan. Gue berpose manyun-manyun sok imut sambil nempelin jari telunjuk di bibir. Entah waktu itu gue lagi keserupun jin kafir macam apa. Yang jelas, pada waktu itu, pose seperti itu sangatlah ngehits di kalangan remaja-remaja gaul dan salah asuhan. Rambut gue dulu juga masih belah tengah ngikutin style-nya Ariel Peterpan. Jadi foto profil friensdster gue mungkin bisa dibilang mirip seperti anak hasil perkawinan silang antara soang dan Ariel Peterpan.

Seiring berjalannya waktu, friendster mulai ditinggalkan. Muncul situs pertemanan baru yang sangat fenomenal. Sebut saja namanya facebook. (bukan nama samaran) Pada waktu itu, seseorang akan dianggap hina jika orang itu nggak punya akun facebook. Dikucilkan dari pergaulan. Dipandang sebelah mata. Dan dipendam hidup-hidup di dalam tanah.
Karena gue nggak mau hal itu menimpa hidup gue, akhirnya gue pun memutuskan untuk ikut-ikutan bikin akun facebook, sama seperti teman-teman gue yang lain. Agak maksa sih sebenernya. Karena gue waktu itu adalah remaja ingusan yang lumayan gaptek. Gue masih inget waktu pertama kali ditanya temen perihal facebook. "Dim, gue minta facebook lo dong". Gue pun bingung harus jawab apa. Karena gue juga nggak tau facebook itu apa. Gue mecoba tenang. Walau panik, harus tetap terlihat cool. Dengan gaya yang sangat elegan dan senyum menawan ala nabi Yusuf, gue pun menjawab.. "uuuumm.. facebook ya? sorry, facebook gue ketinggalan di rumah. Besok deh gue bawa" . Entah temen gue ngerti atau nggak, dia jawab.. "oh. Yaudah. Besok aja gapapa"

Facebook adalah situs pertemanan paling populer saat itu. Hampir semua temen gue punya akun facebook. Setelah gue tau facebook itu apa, gue secepat mungkin minta bikinin temen gue. Ya itu tadi, dulu gue masih gaptek. Yang gue ngerti cuma gimana cara ngetik keyboard komputer pake tangan. Itu pun gue ngetiknya cuma bisa pake jari telunjuk. Nulis beberapa kalimat aja kadang bisa sampe setangah jam.
Akun facebook gue pun akhirnya lahir dengan selamat berkat bantuan temen gue. Dan langsung gue kasih nama... Dimaz Benci Anarkiez.

Masalah kembali muncul ketika gue tau, ternyata temen gue cuma bikin akun facebook gue aja. Tanpa ada foto profil terpajang di sana. Gue mau minta tolong masukin foto, cuma gue nggak enak, takut ngerepotin. Akhirnya akun facebook itu gue biarkan kosong dan sepi seperti sebuah taman. Taman makam pahlawan.
Setelah punya akun facebook, gue jadi norak. Semua temen gue yang lewat di depan gue langsung gue tanyain nama akun facebooknya apa. Gue catet di kertas. Dan pulang sekolah langsung gue add. Tujuannya simple, cuma buat gaya-gayaan doang. Karena  pada waktu itu, semakin banyak jumlah teman di facebook, semakin bertambah tinggi kedudukan sosial seseorang.

Foto profil facebook gue yang kosong tadi, masih menjadi masalah yang membuat hati gue resah dan gelisah. Hampir semua akun facebook temen gue, ada foto profilnya. Sedangkan akun facebook gue masih tetap tanpa foto profil. Setiap ada temen gue yang nanya.. "facebook lo kok nggak ada foto profilnya sih?" gue cuma bisa jawab dengan bijaksana.. "iya nih, gimana ya, gue orangnya nggak narsis sih. Makanya gue males masang foto profil facebook" padahal dalam hati gue berteriak.. "KAMPREEET! GUE NGGAK TAU GIMANA CARANYA MASANG FOTO PROFIL FACEBOOK!! PASANGIN LAH WOOOY!!".

Akhirnya facebook bernasib sama seperti friendster. Mulai ditinggalkan karena makin kesini, orang makin sadar, facebook udah nggak seasik dulu. Mulai banyak alien dan makhluk astral yang ikutan main facebook. Situasi itu membuat banyak pengguna facebook, hijrah ke situs social media baru yang bernama twitter. 
Awalnya gue nggak tertarik main twitter karena banyak temen gue yang masih pada main facebook. Gue terpaksa main twitter karena cewek gue pada waktu itu, maksa gue buat bikin akun twitter. Ya daripada dia ngambek, akhirnya gue ikutin apa maunya dia.

Pertama buka twitter, gue bingung. Karena waktu itu belum banyak temen gue yang main twitter. Ada sebagian yang udah main twitter, tapi gue nggak tau username-nya apa. Hal pertama yang gue lakukan di twitter adalah ngefollow akun artis-artis yang nggak jelas asal muasalnya dari planet mana. Sampai akhirnya gue ngefollow sebuah akun yang konten tweetnya menarik. Akun itu setiap hari selalu ngetweet hal-hal yang di luar nalar. Bisa dibilang aneh. Tapi gue suka. Karena dia terlihat berbeda dari akun twitter lainnya. Setiap hari gue selalu baca tweetnya. Dan tanpa gue sadari, gue mulai terpengaruh dengan ide-ide absurd-nya. Gue mulai tertantang buat nyoba ngetweet seperti dia.

Dalam hal ini gue buka meniru isi tweetnya, tapi gue meniru sudut pandangnya. Sudut pandang yang gue curi dari dia adalah, gimana cara mengukapkan keresah terhadap suatu hal dengan cara yang menyenangkan. Semacam cara merubah curhat yang menye-menye, menjadi curhat yang elegan Memang awalnya gue kesulitan, tapi lama-lama gue mulai terbiasa. Kebiasaan itu masih melekat sampai sekarang. Bahkan dengan sudut pandang itu, gue jadi bisa berpikir lebih dewasa. Iya, twitter mendewasakan gue. Banyak hal baru yang gue dapat di twitter. Bertemu orang-orang luar biasa dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sudut pandang mereka juga terus gue ambil. Tentu nggak semuanya, cuma sudut pandang yang sekiranya cocok dengan diri gue sendiri.





10 komentar:

  1. Bagus ini. Ditunggu tulisannya lanjutannya kak.

    BalasHapus
  2. sekarang jadi selebtweet dan pacarnya enggak? muahahahaa. ehh tapigue cuman ngefollow blog lu bro, twitternya nggak :)) *etdah sorry songong :p

    BalasHapus
  3. Menurut gue memang harusnya seperti itu bro. Setiap orang bebas memilih tulisan seperti apa yang ingin dia baca. Jangan ngefollow cuma karna pengen difollback doang. Kan gitu.

    BalasHapus
  4. kalo aku si terserah farhat abbas aja..

    BalasHapus
  5. Asik kaaan yang ngubah sudut pandang terus jadi seleb tweet. :b

    BalasHapus
  6. Tulisannya asik bang....

    Soal twitter, gue nggak ada pemikiran buat ikutan2 selebtweet. Dulu, waktu gue masih belom khilaf. Iya, gue emang sering ngetweet, biar nggak kudet. Tapi sekarang, tweet gue cuma pake buat yang penting aja. Liat informasi atau kalo emang mau mention temen langsung to the point aja, jadi nggak perlu banyak perbincangan via twitter^^

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...